MAKALAH
KEMAJUAN BANI ABBASIYAH DAN BANI UMAYYAH
Disusun Oleh:
Nama :Moh.
Bakhrul Ulum
NIM :12620095
Jurusan/Kelas :Biologi/C
Dosen Pengampu :M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I
SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS AINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG TAHUN 3013
Alhamdulillah, segala puji bagi allah SWT karena
dengan limpahan rahmat dan pertolongan-ya, saya dapat menyelesaikan makalah
sejaah peradaban islam, kemajuan bani abbasiyah dan bani umayyah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai syarat untuk
mengikuti ujian tenggah semester (UTS) dan untuk menambah wawasan dalam bidang sejarah islam pada masa dulu,.
Sebab itu mohon dimaafkan kalau didalam pembuatan
makalah ini ada kekurangan atau kesalahan, dan semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua …Amien.
Malang, 07 April , 2013
Moh bakhrul ulum
BAB
I
A. LATAR BELAKANG
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah
satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan
masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada
masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang
Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita
ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat
Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan
negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu
diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan
mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat
Islam saat ini.
A. Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
masa keemasan, secara politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan Filsafat dan ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh
mencapai kejayaan pada masa Bani Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa
ini Abbasiyah lebih menekankan pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam
dari pada perluasan wilayah. Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah
dengan dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah
Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika
Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika
Utara sampai ke India.
Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh
perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku
sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua
hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa
bangsa lain yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam.
Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa itu
memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh
Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, bangsa Persia
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India
terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan
pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu,
terutama Filsafat.
2. Gerakan
penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah
Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemah adalah
buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa
khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah adalah
bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada fase ketiga berlangsung setelah tahun
300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang
ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Di zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman
yang gemilang bagi Islam. Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya
yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama,
Filosof yang datang dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama
tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di
Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan
kertas erat kaitannya dengan perkembangan Universitas Islam.
Pabrik kertas ini memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan
naskah-naskah, dimasa itu seluruh buku ditulis tangan. Ilmu cetak muncul pada
tahun 1450 M ditemukan oleh gubernur di Jerman. Dikota-kota besar islam muncul
toko-toko buku yang sekaligus juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan
pengajaran non-formal.
Popularitas Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan
yang dimanfaatkan oleh khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah
sakit, lembaga pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya
telah ada sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum
didirikan.
Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
serta
kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani
Abbasiayah adalah sebagai berikut :
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani
Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan
Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya
sebagai berikut
Ø Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M)
terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata dan penerjema buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab.
Ø Ar-Razi (809-1036 M) terkenal
sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala
dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
Ø Ibnu Sina (980-1036 M), yang
karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai
buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara Islam.
Ø Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal
sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.
Dll
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur
dan Tafsir Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir
yang kedua lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir
yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan
karangannya jami’ al-bayan fi tafsir Al-Qur’an, Al-Baidhawi dengan
karangannya Ma’alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanya al-kassyaf,
Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan
lain-lainnya.
Pada
masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari
Bani
Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan
yHadist.
Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada
amasa
Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist
yang
belum ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang terkenal ialah
Imam
Bukhari (W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257
Hadist
dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil
dikumpulkan
oleh imam Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih
Bukhari.
Imam Muslim ( W. 251 H) terkenal sebagai seorang ulama hadist
dengan
bukunya Shahih Muslim, buku karangan imam Bukhari dan Muslim
diatas
lebih berpengaruh bagi umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya,
seperti
Sunan Abu Daud oleh Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi
oleh
imam
Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i ( W.303 H) dan
sunan
Ibnu-Majah oleh Imam
Ibnu Majah ( W.275 H) keenam buku hadist
tersebut
lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
Bukanlah
hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah
merupakan
dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang
terkenal
pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang,
Diakalangan
Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu
Hanifah(810-150
H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad,
Imam
Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai hadist dan
menjauhi
sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi’i (150-204 H)
yang
berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra’yi, dengan Ahl al-Hadist
dalam
Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan
tokoh
aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh
yang
lainnya. Buku karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang
yaitu
al-muawatta, al-umm, al-risalah, dan sebagainya.
Dalam
bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada
masa
pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang
ulama
sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang
masih
beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya’ Al-Din, yang terdiri dari lima
jilid.
Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul
Al-Thawasshin, Al-Thusi menulis buku al-lam’u
fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi
(W.
465 H) dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il’m al-Tashawuf.
Terjemahan
dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang
matematika.
Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-
Khawarizmi,
adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu
hitung)
dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa
Muhammad
Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli
ilmu
matematika.
Diantara
ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,
karyanya
yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami’
al-mufradat
al-adawiyah
(berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
Dan
masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah
berkuasa,
hal ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)
memerintah
ia mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang dapat
dibanggakan
karena telah mampu melampaui Universitas di Eropa. Mereke
mempunyai
Fakultas-fakultas yang sempurna, mahaguru digaji berdasarkan
banyak
mahasiswa yang terdapat dalam Fakultasnya, setiap Mahasiswa dan
Mahaguru
mendapatkan satu dinar emas setiap bulannya, dan rata-rata setiap
Fakultas
tidak ada yang kurang dari 3000 Mahasiswa didalamnya. Setiap
Mahasiswa
boleh makan ke dapur umum Mahasiswa dengan Cuma-Cuma,
sebuah
perpustakaan besar terdapat dalam Universitas itu. Setiap mahasiswa
yang
berkeinginan menyalin buku-buku atau ingin menyusun buku baru, ada
sebuah
kantor yang mengurus persediaan kertas, pena dan tinta untuk
keperluan
itu. Disamping Universitas dibangun sebuah rumah sakit untuk
mahasiswa
diperiksa kesehatannya, hal inilah yang menyebabakan berbagai
Universitas
di Eropa mengambil contoh pada Universitas Mustansiriah itu.
Pemisahan Andalusia dari bagdad secara
politis, tidak berpengaruh terhadap transisi keilmuan dan peradaban antara
keduanya.
Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negri islam belahan timur dan
tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di
Andalusia.Prestasi umat islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperoleh
secara kebetulan, melainkan dengan kerja keras melauli beberapa tahapan system
pengembangan. Mula – mula dilakukan beberapa penerjemah kitab – kitab klasik
yunani, romawi, india , Persia. Kemudian dilakukan pensyarahan dan komentar
terhadap terjemahan tersebut, sehingga lahir komentator-komentator muslim
kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori – teori yang sudah ada, yang acap
kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir – pemikir muslim
sendiri. Oleh karena itu, umat islam tidak hanya berperan sebagai jembatan
penghubung warisan budaya lama dari zaman klasik ke zaman baru. Terlalu banyak
teori orisinil temuan mereka yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu
pengetahuan modern.Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa
itu tidak terlepas kaintannya dari kerjasam yang harmonis antara penguaa,
hartawan dan ulam. Umat islam di Negara
– Negara islam waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan
kebudayaaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan Kesadaran
kemanusiaan dan kecintaan akan ilmupengetahuan yangdimiliki oleh para pendukung
ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan – perpustakaan,
disamping mendirikan lembaga – lembaga pendidikan.Sekolah dan
perpustakaan umum maupun
pribadi banyak dibangun
diberbagai penjuru kerajaan, sejak
dari kot besar sampai ke desa-desa. Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat
peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak ada seorangpun penduduknya
yang but huruf. Dalam pada itu, eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertama
ilmu pengetahuan, itupun tebatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. Dari
Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke Negara-negara eropa
Kristen, melalai kelompok – kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut
ilmu di universitas Cordova, Malaga, Granada, sevilla atau lembaga – lembaga
ilmu pengetahuan lainnya Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan
mengantarkan eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Bidang – bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain adalah:
Islam
di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang di
lalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap filsafat
dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan bani
umayyah. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia dalah Abu Bakr Muhammad
bin al-Syaigh yang terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya adalah Tadbir
al-muwahhid, tokoh kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalh
kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay
bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di Andalusia adalah Ibnu
Rusyd dari cordova. Ia menafsirkan maskah – naskah aristoteles dan menggeltuti
masalah – masalah menahun tentang keserasian filsafat agama.
Ilmu
kedokteran, musik, matematika, astronomi dan kimia berkembang dengan baik di
Andalusia. Ibarhim bin yahya al Naqqash terkenal dalam ilmuastronomi. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan berhasil membuat teropong yang
dapat menentukan jarak tata surya dan bintang. Ahmad bin abbas dari cordova
adalah ahli dalam bidang obat – obatan. Umm al-hassan bint abi ja’far dan
saudara perempuan al hafidz adalah dua orang dokter dari kalangan wanita.Di
bidang sejarah dan geografi, muncul ibnu jubair yang menulis negeri–negeri muslim
mediterania dan ibnu batutah yang mengadakan ekspedisi hingga mencapai samudra
pasai dan cina. Ibnu al-khatib menyusun riwayat Granada sedang Ibnu khaldun
dari tunis adalah perumus filasafat sejarah.
Andalusia
mayoritas menganut madhzab maliki, yang pertama kali diperkenalkan oleh ziyyad
bin abd al-rahman. Ahli – ahli fiqih lainnya diantaranya adalah ibnu yahya,
seorang qadhi, kemudian abu bakar al quthiyah, munzir bin sa,if al-baluthi dan
ibnu hazim yang dikenal.
Dibidang
ini dikenal seorang tokoh bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga
terkenal sebagai penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa
saja sehingga kemasyhurannya makin meluas.
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan islam di Andalusia.
Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan penduduk
asli Andalusia menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli
dan mahir dalam bahasa Arab baik ketrampilan bahasa maupun tata bahasa Tokohnya
antara lain : Ibnu Sayyidh, Ibn Malik pengarang alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn
al-hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharmatti
dan muncul banyak karya sastra seperti al-iqd al-farid karya ibn abd rabbib,
al-Dzakhirah fii Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab al-Qalaid
karya al-Fath bin khaqan.
Samah
bin Malik menjadikan cordova sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan
sevilla pada tahun 100H/719M. Ia membangun tembok dinding kota, memugar
jembatan tua yang dibangun penguasa romawi dan membangun kisaran air. Ketika
ad-Dakhil berkuasa, cordova diperindah serta dibangun benteng di sekeliling
kota dan istana. Air danau dialirkan melalui pipa-pipa ke istana dan rumah
penduduk. Kebanggaan cordova lainnya adalah al-Qashr al-Kabir, al-Rushafa,
masjid jami’ cordova, jembatan cordova, al-Zahra dan al-Zahirah Al- Qashr
al-kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil dan disempurnakan oleh
beberapa penggantinya. Didalamnya dibangun 430 gedung yang diantaranya
merupakan istana – istana megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang
dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun ad-Dakhil yang masih tgak
berdiri hingga sekarang adalah masjid jami’ cordova didirikan tahun 170H/786M
dengan dana 80.000 dinar.
Masjid
ini memiliki sebuah menara yang tingginya 20 meter terbuat dari marmer dan
sebuah kubah besar yang didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer
pula. Ditengah masjid terdapat tiang agung yang menyangga 1000 lentera. Ada
Sembilan buah pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga
kecuali pintu maqsurah yang terbuat dari emas murni. Ketika cordova jatuh ke
tangan Fernando III pada tahun 1236, masjid ini dijadikan gereja dengan nama
santa maria, tetapi dikalangan orang Andalusia lebih popular dengan ia
mezquita, berasal dari bahasa arab al-Masjid.Al-Nashir pada tahun 325 H/ 936 M membangun
kota satelit dengan nama salah seorang selirnya al-Zahra. Kemegahannya hamper
menyamai al-Qashr al-Kabir. Ia dilengkapi taman indah yang disela-selanya
mengalir air dari gunung, danau kecil berisi ikan beraneka warna dan sebuah
taman margasatwa. Sementara pada tahun 368 H / 978 M Al Manshur membangun kota
Al Zairah dipinggir Wadi Al Kabir, tidak jauh dari Cordova. Al Zahirah
dilengkapi dengan taman – taman indah, pasar, toko , masjid dan bangunan umum
lainya.
Dalam
masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih
kompleks. Tapi pada abad 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda
kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi
setapak, sehingga pada pertengahan abad ke 12 M , tibalah saatnya masa
keruntuhan islam.
Drs.
Amin, Samsul Munir,M. A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009.
Prof.
Dr. H. Harun, Maidir dan Drs. Firdaus, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid II, Padang : IAIN-IB Press, 2001
Dra.
Hj. Ismail, Chadijah, sejarah pendidikan Islam, Padang : IAIN-IB Press,
1999
Wahid,
N. Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudaan Islam, Solo : PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009
Dr.
Yatim,Badri, M. A, Sejarah Peradaban Islam ( Dirasah Islamiyah II ),
Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar